Cendet / pentet merupakan salah satu burung kicauan yang digemari di
Indonesia, apalagi burung ini merupakan tipe fighter sejati. Cendet yang
ada di Indonesia dan dilombakan memiliki nama spesies Lanius schach. Di
seluruh dunia terdapat 28 jenis cendet, salah satunya akan kita bahas
di sini, yaitu cendet macan / cendet loreng atau tiger shrike (Lanius tigrinus). Spesies ini tidak dijumpai di Indonesia, karena habitatnya di kawasan Siberia dan Asia Timur. Tapi, sebagaimana anis siberia, pada musim dingin cendet macan bermigrasi ke Asia Tenggara, termasuk Indonesia.
Meski berasal dari genus yang sama, cendet macan memiliki motif bulu
yang berbeda dari jenis cendet lainnya. Motif bulunya belang-belang
seperti macan, kendati terlihat agak samar, sehingga dijuluki sebagai
tiger shrike. Wilayah persebarannya mulai dari kawasan Siberia (wilayah
timurlaut Russia hingga wilayah timur dan tengah China), Korea, dan
Jepang.
Mereka sering terlihat di hutan-hutan dengan pepohonan rindang,
pinggiran hutan, dan areal pertanian di dataran rendah. Di musim dingin,
sebagian besar burung (kecuali penguin) nampaknya tidak mampu bertahan
dengan kondisi cuaca, sehingga mereka bermigrasi.
Migrasi dilakukan bukan pada saat musim dingin, tetapi menjelang musim
dingin, sekitar Agustus – September. Dengan kata lain, mereka sudah
memiliki “sinyal alami” untuk memutuskan kapan harus migrasi. Beberapa
burung dari kawasan Siberia dan Asia Timur melakukan migrasi pada
Oktober – November.
Cendet macan bermigrasi mengikuti arah tiupan angin dan biasanya ke
selatan, tepatnya Asia Tenggara, mulai dari Thailand, Myanmar, Laos,
Vietnam, Malaysia, Filipina, dan Indonesia. Di negeri kita, cendet macan
sering menyambangi Pulau Jawa, Bali, dan beberapa wilayah di Sulawesi.
Bahkan ada juga yang kebablasan sampai Australia. Sekitar Mei
dan Juni, ketika habitat aslinya memasuki musim panas, cendet macan akan
kembali ke kampung halamannya.
Ada yang pernah mendapatkan cendet macan yang sedang migrasi ke
Indonesia. Ini kan masih April, ada kemungkinan mereka masih jalan-jalan
di Indonesia (he.. he.. he…).
Membedakan jenis kelamin cendet macan ini bisa dilihat dari warna bulu
di tubuhnya. Burung jantan dewasa memiliki bagian dada hingga perut dan
daerah kloaka yang berwarna putih. Kepala abu-abu dengan topeng hitam.
Sedangkan burung betina dan burung muda memiliki penampilan hampir sama,
yaitu warna bulu kusam dan cokelat tua, dengan sedikit abu-abu dan hitam di kepalanya.
Seperti diketahui, pentet atau cendet adalah burung pengicau. Tetapi
ketika berburu mangsa, mereka memiliki perilaku seperti raptor kecil.
Meski posturnya mungil, cendet dikenal memiliki perilaku sangat agresif,
termasuk terhadap mangsanya. Untuk menunjukkan kemampuannya dalam
menjaga wilayah teritorialnya, cendet di alam bebas kerap menancapkan
mangsanya pada duri-duri di batang pohon atau tanaman.
Selain digunakan sebagai menandai wilayahnya, kebiasaan unik tersebut
juga dimaksudkan untuk memudahkan dalam merobek tubuh mangsanya, yang
umumnya berupa serangga. Ritual ini juga untuk menetralisasi racun yang
ada dalam tubuh serangga seperti belalang beracun (Romalea guttata). Setelah ditancapkan selama 1-2 hari, barulah si cendet menyantapnya.
Karakter dan perkembangbiakan cendet macan
Cendet merupakan burung teritorial dan akan mempertahankan wilayahnya
dari pasangan lain. Cendet jantan lebih sering terlihat bertengger di
ranting pohon yang paling tinggi untuk memperhatikan situasi
sekelilingnya dan mengabarkan kepada kawan-kawannya lainnya bahwa
wilayah tersebut adalah kekuasaannya. Karakter seperti ini juga dimiliki
cendet macan.
Cendet macan juga termasuk burung monogami, meski beberapa spesies
cendet lainnya ada juga yang melakukan poligami. Di musim kawin, burung
jantan akan menarik perhatian betina dengan menunjukan beberapa
mangsanya yang sudah disate di duri-duri pepohonan, dan akan diberikan
kepada calon pasangannya sebagai “mas kawin”.
Agar lamaran cepat diterima, burung jantan akan melakukan ritual
tarian. Kalau betina kepincut, mereka langsung kawin dan membuat sarang
yang bentuknya sederhana. Sarang ini berbentuk cangkir yang disusun dari
ranting-ranting kering dan rerumputan, terletak di antara semak-semak
dan batang-batang pohon yang rendah.
Induk betina akan bertelur sebanyak 3-6 butir, dan dierami selama 14 –
16 hari hingga menetas. Anakan cendet macan sudah bisa makan sendiri
pada umur 2 minggu. Tetapi mereka baru meninggalkan sarang pada umur 1
bulan, dan terbang ke alam lia
0 komentar:
Posting Komentar